21 Mei 2008

100 Tahun Harkitnas di Kab. Sinjai

Kemarin, tepatnya tanggal 20 Mei 2008 kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang seratus tahun. Peringatan ini digelar pertama kali pada 20 Mei 1948 di Yogyakarta ini diadakan sebagai show of force kepada penjajah Belanda bahwa Indonesia masih tegak berdiri.

Kala itu Republik Indonesia baru berdiri 3 tahun dan kita tidak mau dibilang bayi, selain itu peringatan itu dipakai sebagai alat untuk menunjukkan bahwa Indonesia masih ada. Sekarang sudah seabad lamanya kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional, namun kondisi yang kita alami sekarang masih terpuruk di berbagai bidang.

Jika kita melihat angka peringatan Harkitnas, Tahun 2008 ini, Tahun ini adalah tahun istimewa, sebab kita mengenang 100 tahun Kebangkitan Nasional. Sebagai peringatan yang rutin tahunan, boleh jadi konsep kita tentang hari-hari peringatan itu telah membaku. Ada apel bendera, buat perlombaan memasak, lari karung, sepak bola, menulis. Bisa juga demonstrasi menuntut ini dan itu. Ada pula seminar, diskusi, pengobatan gratis. Hal-hal ini memang baik. Namun, merayakan hari-hari peringatan sebatas yang seremonial dan rutinitas, belum sepenuhnya tercakup dalam konsep memaknai hari peringatan itu.

Seperti halnya di Kab. Sinjai Sulawesi Selatan,
Upacara peringatan Harkitnas ini dilaksanakan hari ini, seperti saya katakan tadi, upacara ini hanya sekedar rutinitas tahunan, upacara dimulai, komandan upacara melapor, pembina upacara membacakan sambutan seragam dari Bapak Presiden Indonesia, peserta upacara yang acuh tak acuh, nyanyian lagu kemerdekaan, setelah itu penerimaan hadiah bagi pemenang perlombaan yang diadakan untuk memeriahkan peringatan Harkitnas ini, setelah itu para pejabat-pejabat pemerintahan ke taman makam pahlawan untuk penghormatan bagi pahlawan-pahlawan yang telah berjasa tersebut.

Tapi ada satu hal yang menarik untuk tahun ini di Kab. Sinjai. Mulai tadi malam hujan terus mengguyur tanah di kabupaten kecil ini, hingga pagi tadi hujanpun tidak menunjukkan tanda-tanda persahabatan, karena hingga pukul 10 pagi hujan tidak berhenti, maka upacara dialihkan di dalam ruangan, tepatnya di ruang pola kantor Bupati Sinjai. Ini menarik, karena semangat untuk mengadakan seremonial upacara dalam rangka memperingati Harkitnas ini tetap berkobar meskipun itu dilaksanakan di dalam ruangan, namun apakah ini alasan utama, bukannya tetap dilaksanakan agar tidak ingin diketahui oleh pihak luar bahwa di kabupaten ini tidak mengadakan upacara peringatan Harkitnas hanya karena hujan dan harus menjadi buah bibir bagi kabupaten-kabupaten lain.

Namun sayang, Hari spesial ini justru diwarnai dengan adanya isu BBM yang akan naik, yang pada ujungnya terjadi demo yang anarkis di berbagai kota, juga kegagalan Indonesia meraih piala Thomas dan Uber Cup di rumah sendiri, belum lagi Indonesia berduka karena kehilangan aktor dan politikus Sophan Sophian dan juga mantan Gubernur DKI Jakarta, Bapak Ali Sadikin.